Berlangganan

Belajarlah Dari BCS Wahai Supporter Indonesia !

Perhelatan Bali Island Cup beberapa bulan lalu menimbulkan beberapa pertanyaan. Salah satunya adalah nama PSS Sleman yang menjadi salah satu kontestan dalam turnamen tersebut. Jika dibandingkan dengan nama nama besar seperti Arema Malang, Persib Bandung ataupun tuan rumah Bali United, jelas nama PSS jauh berada dibawahnya. Akan tetapi kalau melihat sejarah, tim berjudul Super Elang Jawa itu sebenarnya memiliki prestasi yang tak boleh dipandang sebelah mata. PSS Sleman tercatat pernah bertengger diperingkat keempat Liga Indonesia pada tahun 2003 dan 2004. Setelah itu praktis PSS tak terdengar lagi namanya dalam hingar bingar sepakbola nasional. Wajar jika banyak yang bertanya tanya, siapa dan mengapa PSS diundang dalam turnamen yang dilangsungkan di stadion I Wayan Dipta tersebut.

Koreo Liga?, PSS VS Persela
PSS sebenarnya tinggal melangkahkan kaki ke kasta tertinggi Liga Indonesia pada tahun 2014 lalu. Namun sayang sang Super Elja harus berhenti mengepakan sayapnya lantaran terkena kasus sepakbola gajah. Oleh karena itulah indra Safri selaku coach Bali United secara khusus mengundang PSS Sleman. Ia berharap masyarakat bisa tahu bahwa sepakbola Sleman masih sangat bergairah.Kehadiran PSS dalam BIC 2016 pun menjadi sorotan, terutama soal suporter. Adalah Brigata Curva Sud atau yang disingkat BCS, kelompok suporter yang baru berdiri 5 tahun dan akan menemani kemanapun PSS berlaga. Dalam perhelatan Bali Island Cup lalu, BCS pun tak mau ketinggalan untuk mendukung tim kesayanganya berlaga. Sekitar 2000 sleman fans "menginvasi" bali. Suporter PSS inipun lantas menjadi sorotan baik penonton yang berada di stadion ataupun yang menonton dari televisi. Bagaimana tidak, suara berisik mereka terus menggema selama 2 x 45 menit. Aremania yang selama ini disebut sebut sebagai suporter terbaik ditanah airpun seolah dibungkam oleh suara lantang BCS. Sepanjang pertandingan suara mereka mendominasi, dan begitu terdengar jelas di televisi.
BCS di Bali Island Cup
Sebelum perhelatan Bali Island Cup, BCS sebenarnya sudah menjadi perbincangan para pecinta bola di tanah air. Aksi aksi mereka yang diunggah di youtube selalu menimbulkan decak kagum. Koreografi ala suporter eropa, one man five roll, pyrow show, dan suara lantang mereka selama 2x45 menit adalah ciri khas penghuni tribun selatan Stadion Maguwoharjo ini. Tak heran jika kemudian suporter lain mencotoh style BCS tersebut. Sayang, apa yang dicontoh hanya sebatas yang terlihat secara kasat mata saja. Hingga kemudian munculah kelompok kelompok suporter baru seperti Curva Nord Famiglia, Curva Nord Persija, Barito Curva Sud, Curva Sud Boys dan lain sebagainya. Tidak dibenarkan juga jika "style italia" yang dibawa BCS ini adalah salah. Kita sama sama sepakat, soal gaya dalam mendukung tim adalah pilihan masing masing. Toh nyatanya chant chant yang dibawakan BCS ini lebih banyak berbahasa Indonesia. Hanya beberapa chant saja yang menggunakan bahasa italia ataupun bahasa inggris. Lebih dalam soal BCS, sebenarnya ada beberapa catatan yang seharusnya bisa menjadi teladan para suporter sepakbola di Indonesia.

4 Hal Yang Bisa Kita Contoh Dari BCS

1. No Ticket No Game
No Ticket No Game menjadi "manifesto" yang digaungkan di awal eksistensi BCS. Kampanye tersebut juga tertulis dalam jersey yang dikenakan para pemain PSS. Tradisi malu masuk ke stadion tanpa membeli tiket ternyata tumbuh luar biasa di sleman. Al hasil PSS Sleman menjadi klub dengan pendapatan tiket terbesar di divisi utama Liga Indonesia. Dalam setiap pertandingan yang digelar di Maguwoharjo International Stadium, PSS memperoleh pendapatan dari tiket sebesar Rp 300 juta hingga Rp 500 juta. Kampanye ini lantas sekarang mulai diikuti oleh beberapa klub lainya salah satunya adalah PSIS Semarang.

2. Mandiri Menghidupi
Disaat APBD tidak lagi diperbolehkan untuk mendanai klub sepakbola, maka peran dari managemen akan menentukan eksistensi klub di Liga Indonesia. Managemen harus sekreatif mungkin untuk mencari sponsor yang akan mendanai gaji pemain, pelatih, official dan biaya operasional. Bagi tim tim besar seperti Arema ataupun Persib hal ini tentu bukan menjadi perkara sulit. Apalagi kedua klub ini memiliki basis suporter yang besar dan akan selalu memenuhi stadion ketika timnya berlaga. Akan tetapi bagi PSS yang namanya kurang begitu terkenal ditambah lagi masih berada di kasta kedua, tentu saja menjadi hal yang cukup sulit. Beruntung PSS memiliki BCS yang tidak hanya mendukung dari atas tribun tapi juga ikut memberikan suntikan dana untuk PSS. Melalui beberapa unit usaha yang meraka dirikan, BCS memberikan kontribusi nyata kepada PSS. Curva Sud Shop adalah unit usaha yang menyediakan beberapa merchandise untuk anggota BCS seperti topi, shall, kaos, dan lain sebagainya. Selain itu ada juga EljaTV, TV streaming yang akan menyiarkan pertandingan PSS saat bertanding di kandang mereka. Ketika saat ini klub klub seperti Persib dan Arema juga mencari celah pendapatan melalui TV streaming ini, BCS sudah satu langkah didepannya. Menariknya EljaTV hanya diperuntukan bagi mereka yang berada di luar DIY. Tujuanya tidak lain adalah agar sleman fans yang berada di sleman dan sekitarnya bisa datang langsung ke stadion. Bagi yang akan menikmati fasilitas ini akan dikenakan biaya sebesar harga tiket masuk di Stadion. Penghasilan yang didapatkan dari unit unit usaha tersebut sebagian akan diberikan untuk PSS Sleman.
BCS fokus mendukung PSS Sleman

3. Fokus PSS
Perilaku para suporter sleman ini perlahan mulai berubah. Mungkin diantara kita sering menjumpai para suporter yang ugal ugalan saat menuju ke stadion. Berkendara tanpa helm, knalpot "blombongan", menrabas lampu merah, memenuhi jalan adalah habit yang selalu dipertontonkan selama ini ketika para suporter hendak menuju stadion. Tapi ketika beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton pertandingan PSS VS Persela di stadion maguwogarjo cukup terkejut. Selama diperjalanan dari apa yang saya lihat, para sleman fans ini tak ada satupun yang melanggar lalu lintas. Karena tujuan meraka hanya satu yakni mendukung PSS Sleman dari atas tribun selatan. Budaya fokus PSS inipun dibawa ketika berada di dalam stadion. Selama 2x45 menit mereka bernyanyi, tak ada satu chantpun yang menghujat suporter lawan. Kita sama sama tahu selama ini masih terdengar jelas para suporter yang menyanyikan lagu lagu rasis dan justru menghujat suporter lain. Tapi bagi BCS hal itu tak pernah diperdengarkan,  mereka hanya fokus kepada tim kebanggan mereka tersebut.Dengan budaya fokus PSS ini juga meminimalisir gesekan gesekan antar suporter yang selama ini masih kerap terjadi.

4. Cinta dan pengorbanan
Rasa cinta kepada tim yang berdiri tahun 1976 ini juga tumbuh begitu luar biasa di Sleman. Mereka akan melakukan apapun untuk bisa mendukung PSS ketika berlaga. Di turnamen BIC lalu misalnya, sebanyak 2000 sleman fans datang ke bali baik melalui jalur udara maupun darat. Padahal jarak Sleman - Bali lebih dari 600 km yang tentu butuh biaya tidak sedikit. Di jejaring sosial twitter lantas munculah hastag #UGD yang merupakan singkatan Utang,Gadai,Dol (hutang, gadai, jual). Jadi para sleman fans ini menggadaikan atau menjual barang barang mereka untuk bisa membeli tiket pesawat dan tiket masuk di stadion I wayan Dipta Bali. Bahkan sampai ada yang menjual sepeda motornya, untuk bisa mendukung PSS. Dan yang belum lama ini, ketika laga ujicoba antara PSIS dan PSS digelar di stadion jatidiri semarang, lebih dari 6000 sleman fans datang untuk mendukung timnya. Al hasil stadion jatidiripun penuh sesak baik dari suporter tuan rumah ataupun dari sleman. Dan yang menarik budaya no ticket no game dan fokus pss tetap mereka bawa sehingga pertandingan berjalan secara kondusif tanpa ada gesekan. Apa yang dilakukan BCS ini memang "Gila" tapi itulah wujud kecintaan dan pengorbanan mereka terhadap PSS Sleman.

Itulah beberapa catatan catatan yang sekiranya bisa kita contoh sebagai suporter sepakbola. Sayangnya hal hal semacam ini jarang diekspos oleh media. Tak jarang "bad news is a good news" masih sering mewarnai berita berita sepakbola nasional. Melalui tulisan ini saya hanya ingin mengajak, sebagai pecinta sepakbola marilah kita mulai berbenah. Tinggalkan hal hal buruk yang merugikan baik untuk tim ataupun orang orang disekitar kita. Jadilah "suporter didalam stadion bukan suporter di luar stadion". Karena itulah yang memang dibutuhkan oleh para pemain.

*note: saya bukan BCS, Sleman Fans, ataupun lahir di Sleman. Hanya sebatas penikmat bola saja. CMIIW