Berlangganan

Untukmu Wanita Diseberang Jalan Yang Selalu Kurindukan

Sebatang nikotin dan secangkir kafein menjadi teman syahdu di ujung malam. Sepasang headseat dengan nada nada sendu mengantarkanku memutar kotak kotak memori yang masih terjaga utuh. Kotak yang menyimpan wanita yang kuceritakan pada semesta dan wanita yang selalu kusebut dalam setiap doa. Berharap angin menjadi pengantar rindu yang menggebu dan Tuhan menjadi perantara cinta yang baka. Bak pelangi yang hadir setelah badai datang, rumah yang selalu menawarkan kenyamanan, atau kepergian malam yang memberikan harapan. Tapi tak pernah sadar, laut yang indah dan menenangkan akan mematikan ketika menceburkan diri kedalamnya.




Jauh ribuan hari silam terjadi percakapan bisu dan membingungkan di sebuah tempat bernama pandangan. Aku tak pernah bisa menerjemahkan setiap pancaran dari lensa matamu. Aku mungkin terlalu pintar untuk mengatakan itu adalah cinta. Pada kenyataanya aku selalu hanyut dalam imajinasiku sendiri. Tak berarti menitik beratkan salah kepadamu, akulah yang terlalu rapuh hingga berulang kali menitipkan hati kepadamu. Sampai sampai lembaran putih ini habis dipenuhi fiksi tentangmu.


Tuhan, Sebanyak Apa Kau Ciptakan Bentuk Cinta?

Kucoba raih tanganmu dan kau tarik kembali, menjadi isyarat badai belum berlalu. Kucoba lambungkan kata cinta ke udara, kau bilang itu tiada. Aku terima, karena kutahu tanganmu masih dalam genggaman pria lain. Tapi hatiku, sesungguhnya tak mau aroma nafasmu kembali menjauh. Tuhan, sebanyak apa kau ciptakan bentuk cinta? Aku hanya ingin mengenal bentuk lainya

Jika ada bentuk cinta yang merelakan terkasih mendapat perhatian lain, akan kuangkat topi pada cerita fiksi diluar sana. Dulu aku mencibirnya, tapi kini aku merasakanya. Kamu berada pada pria yang tepat, itu sudah cukup bagiku. Bukankah cinta duniawi tak boleh melebihi cinta kepada sang Pencipta? Itulah kata yang selalu menjadi rohypnol dalam setiap gejolak jiwaku. 


Percayalah Saat Berwarna Hitam, Hanyalah Caraku Agar Tak Jatuh Terlalu Dalam Dengan Kisah Yang Tak Berkesudahan Ini

Aku tak begitu pandai dalam mendifinisikan kata cinta. Terkadang ia berwarna merah yang selalu memberikan kehangatan, semangat dan gairah. Terkadang ia berwarna biru yang menenangkan fikiran. Terkadang ia juga berwarna abu abu sehingga aku sulit menerjemahkanya. Tapi ada kalanya ia juga berwarna hitam yang memberikan kegelapan. Tapi percayalah saat berwarna hitam, hanyalah caraku agar tak jatuh terlalu dalam dengan kisah yang tak berkesudahan ini. 

Cinta mungkin seperti nikotin yang selalu kuhisap setiap saat, meski kusadar akan menggrogoti ragaku. Cinta mungkin seperti edelweis yang tumbuh abadi di tempat yang membuatnya nyaman. Cinta mungkin juga seperti inang, yang rela kelangsungan hidupnya terancam agar si parasit tumbuh. Cinta adalah udara yang setiap hari kau hirup tapi tak pernah bisa kau lihat. Cinta bisa berarti matahari yang akan menyinarimu dan tak pernah meminta imbalan. Sayang, aku tak banyak paham bahasa cinta sehingga hatiku hanya mengenal cinta dalam sosokmu.

Kamu bukanlah putri malu, yang selalu mengatup saat disentuh. Bukan juga kepompong yang bersembunyi didalam cangkang. Bak Aster, kau selalu dikerumuni lebah dari berbagai bahasa. Lalu kuambil cermin, kutatap dalam dalam dan kucecar dengan belasan pertanyaan. Tapi tak juga kutemui, mengapa berlabuh jangkar di dermagamu. Kulempar saja cermin itu, biar pandanganku tak lagi melihat belakang.
 
Tak terasa sudah beberapa putung rokok menghiasi asbak disampingku. Secangkir kafein hanya tinggal bubuk pahit yang akan hilang bersama cucuran air wastafel. Sementara headset yang dari awal terpasang ditelinga, memperdengarkan lirik yang menggelitik dari lagu Michael Learn To Rock. Jascha Richter membisikan "Love Is One Big Illusion, As You Try To Forget". Ya, Cinta adalah sebuah ilusi yang kuat ketika kita coba untuk melupakanya. Oleh karenanya aku tak lagi berusaha untuk melupakanmu. Aku hanya ingin diberi rasa "ikhlas" yang lebih, jika pada kenyataanya kamu tak akan pernah menggenggam tanganku. Aku sadar, saat jemariku menari diatas kotak kotak alfabet ini kamu masih bersama orang lain. Tapi jika suatu saat kamu butuh bahuku untuk bersender, kan kupastikan cintaku tak akan hilang.